Di tengah rutinitas pekerjaan, tidur sering dianggap sebagai hal sepele atau bahkan terlupakan. Padahal, tidur yang cukup memberi banyak manfaat. Banyak orang merasa bangga karena bisa begadang demi pekerjaan atau tugas, seolah-olah kurang tidur adalah tanda semangat.
Padahal, kebiasaan seperti ini apabila dilakukan terus menerus bisa berdampak buruk bagi tubuh dan pikiran kita. Tidur bukan cuma soal istirahat.
Saat kita tidur, tubuh memperbaiki diri, otak menyimpan informasi, dan sistem imun menguat. Jika tidur sering terganggu, efeknya bisa serius; kita jadi gampang sakit, mudah stres, dan susah konsentrasi.
Tidur dan Kesehatan Mental: Dua Hal yang Tak Terpisahkan
Pernah merasa mudah marah atau gelisah setelah tidur hanya beberapa jam? Itu bukan kebetulan. Ketika kita kurang tidur, maka emosi terkadang agak sulit dikendalikan. Beberapa penelitian menjelaskan bahwa kurang tidur bisa mengganggu masalah kesehatan mental, seperti kecemasan yang meningkat.
Padahal, kecemasan selalu membuat orang sulit tidur. Akhirnya, kurang tidur dapat seseorang semakin cemas secara berlebihan dan emosi yang meningkat. Ini seperti lingkaran yang sulit diputus.
Apalagi, sekarang banyak orang yang terpapar tekanan hidup dan layar gadget yang hampir tanpa henti. Tak heran jika makin banyak orang yang mengalami gangguan tidur.
Tubuh Juga Ikut Terdampak
Dampak kurang tidur tak berhenti di kepala. Tubuh pun ikut merasakan akibatnya. Mereka yang kurang tidur punya risiko lebih tinggi terkena penyakit jantung, tekanan darah tinggi, diabetes, dan obesitas.
Sistem kekebalan tubuh juga melemah, membuat kita lebih mudah terserang flu atau infeksi lain. Ironisnya, orang sering mengorbankan tidur demi "produktif".
Pada kenyataannya, mereka malah jadi kurang fokus, mudah lupa, dan membuat lebih banyak kesalahan. Jadi, tidur cukup sebenarnya justru membuat kita lebih siap menghadapi aktivitas sehari-hari.
Waktu Tidur Harus Dihargai
Kita perlu mengubah cara pandang terhadap tidur. Ini bukan soal malas, tapi soal merawat diri. Lingkungan kerja dan sekolah seharusnya mendukung pola tidur sehat, bukan mendorong orang untuk begadang.
Seharusnya media bisa digunakan untuk kampanye tentang betapa pentingnya tidur sehat, minimal 6-8 jam. Kita sudah sering dengar soal makan sehat dan olahraga, tapi jarang ada yang mengingatkan pentingnya tidur yang cukup dan teratur.
Beberapa perusahaan di luar negeri bahkan mulai memberi waktu istirahat di siang hari atau jam kerja. Situasi di tempat kerja mulai lebih fleksibel karena sadar bahwa karyawan yang cukup tidur akan bekerja lebih baik.
Tidur Itu Hak, Bukan Kemewahan
Di zaman yang sibuk ini, tidur kadang terasa seperti kemewahan. Padahal, itu adalah hak semua orang. Kita tidak seharusnya dipaksa merasa bersalah hanya karena ingin tidur lebih awal atau istirahat sejenak. Tubuh dan pikiran kita punya batas.
Kalau ingin masyarakat yang sehat dan kuat, kita harus mulai dari hal sederhana: tidur yang cukup. Tidak perlu suplemen mahal atau teknologi canggih, hanya butuh komitmen untuk memberi tubuh waktu istirahat yang layak.
Sebelum tubuh kita protes lewat sakit atau kelelahan berkepanjangan, mari biasakan tidur yang cukup. Di dunia yang terus bergerak cepat, kadang berhenti sejenak dan memejamkan mata adalah bentuk perlawanan paling sehat.